@unpublished{sttdumai506,
          school = {Sekolah Tinggi Teknologi Dumai},
          author = {SYAHRUL RAMADHANI and Gellysa Urva and Mustazzihim Suhaidi},
           month = {September},
            year = {2020},
           title = {DIAGNOSA TROUBLESHOOT PADA ROTATING EQUIPMENT MENGGUNAKAN DEPTH FIRST SEARCH (DFS)                 DAN FORWARD CHAINING                                                           DI PT. PERTAMINA (PERSERO)  RU II DUMAI},
        keywords = {DFS, Forward Chaining, Rotating Equipment, Sistem Pakar},
             url = {http://repository.sttdumai.ac.id/506/},
        abstract = {Rotating Equipment mempunyai peranan dalam proses produksi industri. Ada kalanya equipment yang sedang dioperasikan mengalami permasalahan (trouble). Kurangnya pengetahuan Rotating Equipment membuat operator kesulitan dalam menangani equipment tersebut dan harus diatasi oleh seorang pakar dengan pengetahuan dan pengalamannya. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi permasalahan yaitu membangun aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa Troubleshoot pada  Rotating Equipment yang bertujuan untuk mentransfer pengetahuan yang dimiliki seorang pakar kedalam komputer sehingga operator dapat mengetahui permasalahan yang terjadi. Sistem ini menggunakan metode Depht First Search (DFS) yaitu teknik penelusuran kedalam dan Forward Chaining yaitu metode inferensi yang menggunakan penalaran dimulai dari fakta dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis. Sistem ini dibuat dengan menggunakan pemrograman PHP dan basis data menggunakan MySQL. Sistem ini dilengkapi menu pakar untuk pengelolaan pengetahuan, sehingga pakar dapat menambahkan, mengubah, dan menghapus pengetahuan. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa metode DFS dan Forward Chaining tepat untuk mendiagnosa troubleshoot pada Rotating Equipment karena pada kenyataannya penalaran seorang pakar mengarah pada gejala-gejala yang dialami oleh equipment kemudian diperoleh jenis kerusakan. Dengan sistem pakar ini pula dapat membantu operator dalam mendiagnosa troubleshoot pada Rotating Equipment sehingga operator dapat melakukan tindakan preventive untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada equipment}
}