%L sttdumai355 %I Sekolah Tinggi Teknologi Dumai %T PEMINIMALAN PRODUK CACAT DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) di PT. INTIBENUA PERKASATAMA %K Fishbone, Faillure Mode and Effect Analysis, Refined Bleached Deodorized Palm oil %D 2015 %X PT. Intibenua Perkasatama dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan pengolahan minyak sawit lainnya yang menawarkan kualitas tinggi dan sesuai dengan spesifikasi.Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) merupakan salah satu produk yang dihasilkan PT. Intibenua Perkasatama. RBDPO yang dihasilkan tersebut sering mengalami kecacatan produk seperti tingginya kadar FFA yang terkandung pada RBDPO melewati batas maksimal yakni 0.060, serta kadar warna RBDPO yang terlalu cerah dan melewati batas maksimal yaitu Red 2.4 Blue 0 Yellow 24. Dalam menyelesaikan masalah tersebut, operator sering mengalami kesulitan dalam menentukan sumber masalah serta jalan keluar yang harus dilakukan untuk dapat menghasilkan produk RBDPO yang sesuai dengan spesifikasi serta berkualitas tinggi. Pada penelitian ini digunakan metode Failure mode and Effect Analysis (FMEA) serta Fishbone untuk dapat mengetahui penyebab kecacatan produk RBDPO berdasarkan spesifikasi FFA dan kadar warna yang terkandung di dalamnya. Populasi dari penelitian ini adalah semua produk RBDPO yang dihasilkan oleh refinery PT. Intibenua Perkasatama yang memiliki kapasitas produksi 1000 ton/hari. Sedangkan sampel adalah RBDPO yang di ambil sebanyak 300 ml setiap 4 jam dalam sehari dan dilakukan selama 14 hari. Tahapan yang dilakukan pada metode Failure Effect and Effect Analysis (FMEA) adalah yang pertama menentukan failuremode yang ada selama 1 tahun, setelah didapat failur emode, maka selanjutnya ditentukan failure effect dengan cara penyebaran kuisioner. Setelah failure effect didapatkan, maka selanjutnya menentukan severity dari setiap objek penelitian, yaitu FFA dan kadar warna RBDPO. Selanjutnya ditentukan occurance yang diperoleh dari daily loog sheet refinery. Dan selanjutnya menentukan detection dengan cara menyebarkan kuisioner. Setetelah semua diperoleh maka dapat diketahui nilai Risk Priority Number (RPN) dengan cara mengalikan nilai severity, occurance, dan detection. Dan yang memiliki nilai RPN tertinggi merupakan penyebab utama kecacatan produk RBDPO. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa dengan metode Failure Effect and Effect Analysis (FMEA) diketahui bahwa penyebab cacatnya produk RBDPO di PT. Intibenua Perkasatama adalah suhu pada pemanasan lanjutan pada proses refinery berada dibawah batas minimal yaitu 2550C. Sedangkan dengan metode Fishbone penyebab kecacatan produk RBDPO di PT. Intibenua Perkasatama adalah faktor manusia dan mesin. %A SIR BOY HANSA RUMAHORBO %A Juni S %A Fitra Fitra